SYAIKH ABUL HASAN AS-SYADZILI DAN RACIKAN KOPI DARI MIMPI
Suatu ketika Syaikh Abul Hasan mendatangi kediaman gurunya, Syaikh Abdullah Al-Masyisyi, di puncak suatu bukit untuk keperluan meminta ijazah doa untuk diwiridkan. Akan tetapi, oleh sang guru yang juga seorang wali yang keramat itu justru diperintahkan untuk menemui sahabat beliau, yang juga seorang wali yang keramat di Desa Syadzil.
Mendapat perintah itu, Syaikh Abul Hasan segera pamitan dari gurunya.
Pada awalnya ia bermaksud untuk langsung pergi ke desa yang membutuhkan
waktu satu bulan perjalanan kaki tersebut pada hari itu juga. Akan
tetapi, karena ada perhitungan lain, akhirnya ia pergi pada keesokan
harinya. Hal ini rupanya sudah diketahui oleh gurunya di Syadzil.
Keesokan harinya, sampailah ia di Syadzil. Jarak satu bulan perjalanan,
dengan karomahnya, ia tempuh tak lebih dari beberapa jam.
"Hai Abul Hasan, sebenarnya sudah sejak kemarin saya tunggu kamu
datang," demikian sang syaikh membuka penjelasan, "wirid yang kamu
inginkan itu cara mengamalkannya cukup berat, tetapi saya selalu
sesuaikan dengan keadaan orang yang akan mengamalkannya. Kamu saya
anggap cukup kuat, oleh karenanya, kamu saya buatkan syarat, amalkan
wirid ini selama 40 malam berturut-turut tanpa batal wudlu. Dan kamu
akan saya berikan kenang-kenangan. Namamu akan saya tambah dengan nama
negeri ini menjadi ' Abul Hasan Asy-Syadzili '."
Syaikh Abul Hasan menerima anugerah dari gurunya yang karomah itu --
dalam buku sumber tulisan ini tidak disebutkan namanya -- dan langsung
mohon diri.
Sewaktu ia mengamalkan wirid itu, ia merasa lain dari biasanya. Wirid
yang diijazahkan gurunya itu ternyata sangat berat diamalkan, tidak
seperti mewiridkan doa-doa yang lain. Kadang-kadang pada malam terakhir
ia tak tahan ngantuk lalu tertidur, dan karenanya ia harus memulainya
lagi dari malam pertama. Begitu berulang-ulang. Akhirnya ia melaksanakan
salat hajat mohon kepada Allah supaya bertemu dengan Baginda Nabi
Muhammad saw. Doanya makbul, mimpinya didatangi Rasulullah.
"Wahai Rasulullah, saya diberi wirid oleh guru saya, tetapi sampai
sekarang saya belum bisa menyelesaikan cara pengamalannya. Saya mohon
petunjuk," demikian katanya di dalam mimpi kepada Baginda Nabi saw.
"Hai Abul Hasan, ini saya bawakan biji-bijian yang banyak terdapat di
tempatmu, tetapi orang-orang belum tahu kegunaannya. Biji ini jemurlah,
goreng kering-kering sampai menjadi arang, kemudian tumbuklah sampai
lembut, dan sesudah itu baru kau seduh dengan air mendidih. Air itulah
yang kamu minum setiap malam, insya Allah kamu tidak akan mengantuk."
Esoknya tahulah ia bahwa biji yang ditunjukkan Baginda Nabi saw dalam
mimpinya itu adalah biji kopi. Dia melaksanakan petunjuk Baginda Nabi
saw hingga akhirnya menjadi orang pertama yang tahu gunanya biji kopi,
yakni supaya kuat berjaga malam demi beribadah kepada Allah. Tapi dasar
orang yang memiliki karomah, setelah mengambil biji kopi banyak-banyak,
ia gorenglah biji-biji itu sampai kering. Api dinyalakan di bawah lutut,
dan yang menjadi tungkunya adalah kedua lutut dan perutnya itu. Tangan
kanannya untuk menggoyang biji kopi supaya pembakarannya rata, sedangkan
tangan kirinya menjadi kipasnya. Sekalipun biji kopinya sudah menjadi
arang, ia tidak merasa panas. Dan anehnya, pakaiannya sehelai pun di
antara benangnya tidak terbakar, tidak pula kotor.
Sejak saat itu ia bisa menahan wudlunya sampai 40 malam tanpa batal.
Oleh karena itu, pantaslah bila kebiasaan orang-orang dahulu ketika
hendak meminum kopi, mengirimkan pahala fatihah kepada Syaikh Abul Hasan
Asy-Syadzili.
Sumber buku : "Kisah-kisah Kemunculan Khidir Membimbing Ruhani Para Waliyullah", diterbitkan Penerbit Pustaka Pesantren.
0 komentar:
Posting Komentar