Kota Asal Pengunjung

Website personal yang berhubungan dengan semangat hidup jiwa remaja, pentang menyerah,cinta tanah air,dan toleransi antar umat.

kota asal pengunjung

Entri Populer

Total Tayangan Halaman

Kota Asal Pengunjung

Kota Asal Pengunjung :

Jumat, 18 November 2016

CORETAN SUSUR NU GOMBONG (KEBUMEN BARAT), eps. BRANGKAL

Menurut ngendika dari Gus Novianto Said Dahlan (Kali Tengah), Brangkal yang usianya lebih tua dari Gombong sebagai nama dari satu wilayah memiliki sejarah perjuangan ala pesantren untuk meneruskan proses islamisasi daerah kabupaten Kebumen bagian barat. Dalam masa perjuangan kemerdekaan, daerah ini melahirkan Kyai Siradj(1920). Seorang kyai keturunan dari Kyai Syafi'i yang informasinya sudah kita sampaikan meski hanya sedikit. Kyai Siraj dalam memori kebanyakan pemerhati sejarah perjuangan pesantren seperti Ahmad Baso sebagaimana disampaikannya ketika membedah buku Agama NU untuk NKRI, populer dengan karakter radikal. Radikal dalam konotasi positif dan pada tempatnya, tidak seperti kesan kuat yang kita dapatkan dari kelompok radikal belakangan ini. Mbah Siraj memiliki slogan "Sama Rata Sama Rasa" untuk melawan Belanda yang benteng pertahanan keduanya berjarak tidak kurang dari satu kilometer saja. Slogan perjuangan yang kemudian dicopy-paste secara serampangan oleh PKI. Bayangkan betapa pemberaninya trah Brangkal ini hingga Mbah Siradj tercatat oleh Belanda sebagai pemberontak nomor wahid untuk dihabisi.
Rolah dan Tegalsari Sdoharum kecamatan Sempor-pun tidak jauh berbeda dalam sikap anti-nya terhadap kolonoalisme. Hanya saja, berbeda dengan trah Brangkal yang lebih dekat dengan ariatokrasi Mataram, trah Rolah Tegalsari lebih concern kepada penjagaan dan pengembangan pesantren terutama dunia thoriqot (Syathoriyyah). Ini bisa dilihat dari banyaknya pesantren dan kyai sekitaran Kebumen bagian barat yang memiliki nasab kepada trah ini dan masing-masing memiliki murid atau santri thoriqot seperti KH. Hasan Masykur Al-Aziz Gandusari Kuwarasan, KH Ja'far Sodiq Bogangin Sumpiuh Banyumas, Haji Umar Nasir (almarhum) Candi Karanganyar, KH. Bisri Sikeris dan lain-lain.
Dalam catatan beberapa pihak melalui budaya tutur menyebutkan bahwa Gombong adalah kota yang dinisbatkan kepada nama orang. Tersebutlah Kyai Giyombong yang konon salah satu prajurit Pangeran Diponegoro asal Banyumas yang kemudian hijrah ke daerah ini lalu menjadi nama daerah. Kalau memang ini diakui sebagai sebuah kekayaan sejarah dan budaya, maka semakin jelaslah bahwa Gombong memang kota kecil yang dikreasi oleh Belanda. Setahu penulis hanya kota Jakarta yang nama kotanya adalah nisbat kepada nama tokoh, dan Jakarta adalah kota bikinan Belanda. Lihatlah juga tata kota yang jauh berbeda dengan kecamatan sebelah timurnya Karangayar misalnya tentu akan sangat berbeda. Gombong memiliki banyak gereja, gedung sekolahan bikinan Belanda, makam Belanda, pecinan, rumah sakit dan situs sejarah lainnya.
Dari sini kemudian nalar santri dan darah pejuang yang sebelumnya dimiliki kuat oleh orang Gombong terkikis sedikit demi sedikit oleh kolonialisme. Hari ini Gombong sama sekali terkenal bukan sebagai daerah santri, namun lebih popular dengan kota kecil sejuta kesenangan. Kota judi, kota prostitusi dan kota yang kehilangan jati diri. Itulah faktanya disamping pola fikir mansianya yang hedonis pragmatis.
to be continued..

1 komentar:

  1. Assalamalaiku, Mas irfan, sy mau tanya bberapa hal mnyangkut Brangkal, kebetulan buyut2 saya asli Brangkal, namun sudah kepaten obor. 1. Gus Novianto itu Kali tengah sbelah mna ? Brg kali sy bisa silatrhmi krn kbetulan istri sy org banjar purwonegoro. 2. Jenengan apa ada catatan lngkap tntang Kiai M. Syafii yg ktanya beristri 2. Nuwun

    BalasHapus