Rolah dan
Tegalsari Sdoharum kecamatan Sempor-pun tidak jauh berbeda dalam sikap
anti-nya terhadap kolonoalisme. Hanya saja, berbeda dengan trah Brangkal
yang lebih dekat dengan ariatokrasi Mataram, trah Rolah Tegalsari lebih
concern kepada penjagaan dan pengembangan pesantren terutama dunia
thoriqot (Syathoriyyah). Ini bisa dilihat dari banyaknya pesantren dan
kyai sekitaran Kebumen bagian barat yang memiliki nasab kepada trah ini
dan masing-masing memiliki murid atau santri thoriqot seperti KH. Hasan
Masykur Al-Aziz Gandusari Kuwarasan, KH Ja'far Sodiq Bogangin Sumpiuh
Banyumas, Haji Umar Nasir (almarhum) Candi Karanganyar, KH. Bisri
Sikeris dan lain-lain.
Dalam catatan beberapa pihak melalui budaya tutur menyebutkan bahwa Gombong adalah kota yang dinisbatkan kepada nama orang. Tersebutlah Kyai Giyombong yang konon salah satu prajurit Pangeran Diponegoro asal Banyumas yang kemudian hijrah ke daerah ini lalu menjadi nama daerah. Kalau memang ini diakui sebagai sebuah kekayaan sejarah dan budaya, maka semakin jelaslah bahwa Gombong memang kota kecil yang dikreasi oleh Belanda. Setahu penulis hanya kota Jakarta yang nama kotanya adalah nisbat kepada nama tokoh, dan Jakarta adalah kota bikinan Belanda. Lihatlah juga tata kota yang jauh berbeda dengan kecamatan sebelah timurnya Karangayar misalnya tentu akan sangat berbeda. Gombong memiliki banyak gereja, gedung sekolahan bikinan Belanda, makam Belanda, pecinan, rumah sakit dan situs sejarah lainnya.
Dari sini kemudian nalar santri dan darah pejuang yang sebelumnya dimiliki kuat oleh orang Gombong terkikis sedikit demi sedikit oleh kolonialisme. Hari ini Gombong sama sekali terkenal bukan sebagai daerah santri, namun lebih popular dengan kota kecil sejuta kesenangan. Kota judi, kota prostitusi dan kota yang kehilangan jati diri. Itulah faktanya disamping pola fikir mansianya yang hedonis pragmatis.
to be continued..
Dalam catatan beberapa pihak melalui budaya tutur menyebutkan bahwa Gombong adalah kota yang dinisbatkan kepada nama orang. Tersebutlah Kyai Giyombong yang konon salah satu prajurit Pangeran Diponegoro asal Banyumas yang kemudian hijrah ke daerah ini lalu menjadi nama daerah. Kalau memang ini diakui sebagai sebuah kekayaan sejarah dan budaya, maka semakin jelaslah bahwa Gombong memang kota kecil yang dikreasi oleh Belanda. Setahu penulis hanya kota Jakarta yang nama kotanya adalah nisbat kepada nama tokoh, dan Jakarta adalah kota bikinan Belanda. Lihatlah juga tata kota yang jauh berbeda dengan kecamatan sebelah timurnya Karangayar misalnya tentu akan sangat berbeda. Gombong memiliki banyak gereja, gedung sekolahan bikinan Belanda, makam Belanda, pecinan, rumah sakit dan situs sejarah lainnya.
Dari sini kemudian nalar santri dan darah pejuang yang sebelumnya dimiliki kuat oleh orang Gombong terkikis sedikit demi sedikit oleh kolonialisme. Hari ini Gombong sama sekali terkenal bukan sebagai daerah santri, namun lebih popular dengan kota kecil sejuta kesenangan. Kota judi, kota prostitusi dan kota yang kehilangan jati diri. Itulah faktanya disamping pola fikir mansianya yang hedonis pragmatis.
to be continued..
Assalamalaiku, Mas irfan, sy mau tanya bberapa hal mnyangkut Brangkal, kebetulan buyut2 saya asli Brangkal, namun sudah kepaten obor. 1. Gus Novianto itu Kali tengah sbelah mna ? Brg kali sy bisa silatrhmi krn kbetulan istri sy org banjar purwonegoro. 2. Jenengan apa ada catatan lngkap tntang Kiai M. Syafii yg ktanya beristri 2. Nuwun
BalasHapus