Berbahagialah... !!!"
Karna ada keunikan yang jarang ditemukan kecuali di pesantren salaf.
Bagi anda yang pernah nyantri atau mondok pasti sedikit banyak telah
merasakan yang namanya kesenangan dalam kebersamaan serta kesederhanaan
dan lain lain. Jika bagi para pembaca yang kebetulan belum pernah
merasakan yang namanya nhantri atau mondok di pesantren salaf pasti
penasan dengan keunikan tetang santri salaf.
Mau tahu apa saja fakta-fakta menarik seputar santri dan dunia pesantren salaf ?
Berikut adalah 11 ulasan keunikannya :
Masak sendiri merupakan salah satu hal yang mendewasakan dalam dunia pesantren.
Tempo dulu, ketika belum ada kompor, santri masak memakai kayu
bakar.Ketika musim hujan tiba, tak jarang banyak hanger atau sandal
jepit yang dibakar sebagai ganti kayu bakar .
Namun, sekarang jarang santri yang masak sendiri, seiring dengan
perkembangan jaman. Jika mencari santri memasak di dapur, silakan cari
pondok yang masih salaf.
Inilah yang membuat apapun makanannya akan enak terasa. Santri yang
memasak, ketika sudah siap saji, makanan ditiriskan di lengser atau daun
pisang. Kemudian dimakan secara bersama-sama oleh 5 - 10 orang. Meski
nasi dan sayur masih panas, para santri tak peduli untukmelahapnya.
Soal tangan gosong atau lidah terbakar, itu soal nanti. Masalahnya, kalau tidak berani ambil resiko itu, dijamin tidak kenyang karena kalah dengan yang lain.
Soal tangan gosong atau lidah terbakar, itu soal nanti. Masalahnya, kalau tidak berani ambil resiko itu, dijamin tidak kenyang karena kalah dengan yang lain.
3. Antri mandi
Apabila sebuah Pesantren yang jumlah santrinya ribuan, ketika pagi dan
sore hari akan ada pemandangan menarik di kamar mandi atau kali
(sungai). Satu kamar mandi, bisa antre tiga orang. Jika tak sabar, yang
ngantri akan menggedor-gedor pintu.
Bisa dibayangkan bagaimana rasanya buang hajat dengan pintu digedor-gedor.
Berbeda dengan kamar mandi, kalau mandi di sungai antrinya petelesan celana untuk santri putra. Sungguh menggelikan.
Bisa dibayangkan bagaimana rasanya buang hajat dengan pintu digedor-gedor.
Berbeda dengan kamar mandi, kalau mandi di sungai antrinya petelesan celana untuk santri putra. Sungguh menggelikan.
4. Terserang penyakit kulit
Penyakit kulit atau kudis, akrab bagi santri baru.
Hal ini seakan menjadi "ujian" pertama bagi santri; apakah nantinya ia akan betah tinggal di pesantren atau tidak. Saking parahnya, santri yang terkena penyakit ini kadang sampai tak bisa duduk atau sulit jalan. Mau dibawa ke rumah sakit, dokter, tak jua sembuh-sembuh. Hanya waktu yang bisa menyembuhkannya, hingga badan kebal dan penyakit merasa bosan sendiri.Namun, itu dulu. Pesantren sekarang sudah banyak memiliki air bersih dan fasilitas yang memadahi.
Hal ini seakan menjadi "ujian" pertama bagi santri; apakah nantinya ia akan betah tinggal di pesantren atau tidak. Saking parahnya, santri yang terkena penyakit ini kadang sampai tak bisa duduk atau sulit jalan. Mau dibawa ke rumah sakit, dokter, tak jua sembuh-sembuh. Hanya waktu yang bisa menyembuhkannya, hingga badan kebal dan penyakit merasa bosan sendiri.Namun, itu dulu. Pesantren sekarang sudah banyak memiliki air bersih dan fasilitas yang memadahi.
Dulu tak ada ceritanya santri tidur di kasur. Tidurnya cukup merebahkan
badan di lantai kamar, depan kamar atau serambi masjid. Untuk bantal,
pakaian kotor dikumpulkan lalu dibungkus dengan sarung. Hal itu sudah
lebih dari cukup menghilangkan kantuk karena kesibukan ngaji pagi, siang
sampai malam.
6. Berebut I.N (jajan)
Sudah menjadi tradisi, ketika ada santri baru atau menerima wesel atau
sehabis pulang selalu membawa aneka jajanan. Ketika sisantri datang
diantar orang-tua, seluruh anggota kamar akan bersikap dewasa dan
melayani tamu dengan penuh penghormatan, seperti anjuran baginda
nabi.Namun sejurus kemudian, ketika para tamu orang tua atau wali santri
itu pulang, akan segera terjadi kegaduhan: berebut jajanan. Ini suatu
tradisi yang lazim terjadi di pesantren-pesantren salaf, meski latar
belakang santri adalah seorang yang mampu.
Berebut I.N. atau jajanan ini menjadi suatu hal yang menarik dan menyenangkan.
7. Dikejar setoran
Setoran disini bukanlah setoran yang lazim terjadi antara sopir angkot
dengan juragannya, namunsetoran hafalan nadzaman dan syair-syair kitab.
Biasanya, seminggu sekali para santri setoran hafalan tersebut kepada sang ustadz. Jika tidak memenuhi target, si santri akan dita'zir dan lebih ekstrem lagi tak bisa naik kelas.
Biasanya, seminggu sekali para santri setoran hafalan tersebut kepada sang ustadz. Jika tidak memenuhi target, si santri akan dita'zir dan lebih ekstrem lagi tak bisa naik kelas.
8. Mayoran (masak2 bersama )
Istilah mayoran dewasa ini jarang terdengar. Ini adalah manifestasi
kekompakan atau rasa syukur santri setelah mengkhatamkan kitab.
Biasanya, ada pengurus kelas yang menariki iuran lalu dibelikan daging.
Daging, merupakan barang mewah bagi santri yang dengan kultur pesantren salaf rata-rata menyuruh untuk hidup senderhana, riyadlah dan tirakat.
Namun, sepertinya tradisi mayoran ini sekarang lekang oleh waktu karena makanan mewah sudah ada dimana-mana.
Daging, merupakan barang mewah bagi santri yang dengan kultur pesantren salaf rata-rata menyuruh untuk hidup senderhana, riyadlah dan tirakat.
Namun, sepertinya tradisi mayoran ini sekarang lekang oleh waktu karena makanan mewah sudah ada dimana-mana.
9. Ta'zir (hukuman)
Pesantren dimanapun memiliki peraturan. Jika ada santri yang melanggar,
ia akan dihukum sesuai bobot pelanggarannya. Ada yang diceburkan ke
kolam atau sunga, dicukur gundul atau dipajang di depan pesantren dengan
mengalungkan papan bertuliskan kesalahannya. Ketika terjadita'ziranini,
biasanya semua santri menonton dan menyoraki.
Ini pelajaran sekaligus tes mental dan melatih tanggung jawab.
Ini pelajaran sekaligus tes mental dan melatih tanggung jawab.
10. Berebut mencium tangan kiai
Pesantren salaf mengajarkan santri untuk memuliakan ilmu dan ahlinya.
Salah satu bentuk memuliakan tersebut adalah bersalaman dan mencium
tangan kiai. Ini terjadi di semua pesantren-pesantren salaf,
Selain itu, bersalaman dan mencium tangan kiai adalah sebuah upaya ngalap berkah agar mendapat ridla dari sang kiai.
11. Tirakat
Terakhir dalam tulisan ini, adalah tirakat. Para santri biasanya meminta
ijazah kepada kiai akan amalan-amalan tertentu seperti: ngrowot (tidak
makan nasi), puasa, shalat jamaah,manaqib,mujahadah, dalalil dll.
Amalan tersebut merupakan metode salafiyyah yang menjadi perekat masuknya ilmu ke hati. Jadi, jangan heran kalau ada santri yang makannya nasi aking (oyek, thiwul) karena itu ia sedang menjalankan misi spiritual. Bahkan, di pesantren tertentu, banyak santri yang mengamalkan ilmu kanuragan sehingga tak mempan bacok.
Amalan tersebut merupakan metode salafiyyah yang menjadi perekat masuknya ilmu ke hati. Jadi, jangan heran kalau ada santri yang makannya nasi aking (oyek, thiwul) karena itu ia sedang menjalankan misi spiritual. Bahkan, di pesantren tertentu, banyak santri yang mengamalkan ilmu kanuragan sehingga tak mempan bacok.
Demikianlah 11 fakta menarik tentang santri di pesantren salaf.
Mungkin dan pasti bagi pembaca yang pernah nyantri, masih ada ke unikan
yang lain selain sebelas yang saya sebutkan.
Semoga, ke depan para santri terus dapat berkiprah membangun masyarakat, negara dan bangsa. #AMIIN
0 komentar:
Posting Komentar