Seusai perjuangan fisik yang begitu heroik dari santri Diponegoro yang muncul dari dua titik krusial di Gombong yaitu Brangkal dan Tegalsari, perjuangan melestarikan dan menjaga tanggung jawab keagamaan ala Nahdliyah tetap dilanjutkan oleh keturunan-keturunan dua titik kumpul santri ini. Tersebutlah orang tua dari Gus Anam Leher Cilacap, Wan Hasan Purworejo, KH Hasan Maskur Kuwarasan, KH. Ja'far Sodiq Sumpiuh, KH Bisri Mustofa Sikeris Tambak, Mbah Ngisomudin Kemukus Gombong, KH Umar Nasir Candisari Karanganyar dan lain sebagainya tetap setia untuk mempertahankan dan melanjutkan perjuangan menjaga ideologi dan amaliyah ahlussunnah wal jamaah an-nahdliyah. Berikut juga beberapa kyai yang menjadi poros di berbagai sudut wilayah Kebumen Barat.
Kemunculan
Muhammadiyah di Gombong meskipun di beberapa bagian mampu menyita
perhatian dan menyulut konflik kecil, namun berkat konsistensi kyai-kyai
ini, aroma ideologi dan pergerakan ahlussunnah wal jamaah an-nahdliyah
tetap bisa bertahan seiring berjalannya waktu. Setiap kita tentu masih
kuat mengingat betapa asyik masyuk dulu saat anak-anak diajarkan oleh
kyai-kyai kampung tentang bagaimana cara berwudlu, cara shalat ala
madzhab al-Imam as-Syafi'i dengan doa iftitah kabiro, doa qunut dalam
shalat subuh, berbagai bacaan dzikir dan wirid, sholawat menjelang
shalat berjamaah, pengajian umum rutinan baik harian, mingguan,
lapananan, berikut juga pengajian akbar momentum hari besar Islam yang
biasa kita kenal dengan sebutan 'rajaban' dan atau 'muludan' dan di
beberapa titik ada pengajian haul kyai tarekat. Sekian banyak hal yg
tersebut di atas, adalah pergerakan ideologi ala ahlussunnah wal jamaah
an-nahdliyah agar kita memahami bahwa keislaman kita di dunia bukan
tanpa peran orang tua kita terdahulu. Hanya saja kita sering kali acuh
dan tidak pernah mau untuk memahami sekian banyak kebaikan yang ternyata
adalah perjuangan tanpa lelah dari para pendahulu kita.
Sebut saja di Gombong. Dari empat belas desa dan kelurahan yang ada di kecamatan ini, era pasca kemerdekaan sudah ada jaringan kyai yang bisa dikatakan satu jalur keturunan. Desa Semondo masih dalam lingkaran area dakwah Tegalsari, Kalitengah ada nama Mbah Muhammad Dahlan, Mbah Ngisomudin dan Mbah Daldiri Kemukus-Banjarsari, Mbah Abdullah Mughni Wero, Mbah Zahro Srampadan, Mbah Ridwan Kedungpuji dan sisanya adalah area dakwah keturunan Brangkal. Bahkan yang fenomenal adalah Mbah Jamprong yang sebagian masyarakat mengakui kewaliannya.
to be continued..
Sebut saja di Gombong. Dari empat belas desa dan kelurahan yang ada di kecamatan ini, era pasca kemerdekaan sudah ada jaringan kyai yang bisa dikatakan satu jalur keturunan. Desa Semondo masih dalam lingkaran area dakwah Tegalsari, Kalitengah ada nama Mbah Muhammad Dahlan, Mbah Ngisomudin dan Mbah Daldiri Kemukus-Banjarsari, Mbah Abdullah Mughni Wero, Mbah Zahro Srampadan, Mbah Ridwan Kedungpuji dan sisanya adalah area dakwah keturunan Brangkal. Bahkan yang fenomenal adalah Mbah Jamprong yang sebagian masyarakat mengakui kewaliannya.
to be continued..
0 komentar:
Posting Komentar