Kota Asal Pengunjung

Website personal yang berhubungan dengan semangat hidup jiwa remaja, pentang menyerah,cinta tanah air,dan toleransi antar umat.

kota asal pengunjung

Entri Populer

Total Tayangan Halaman

Kota Asal Pengunjung

Kota Asal Pengunjung :

Jumat, 18 November 2016

TENTANG KOLONIALISME BELANDA

Menurut ngendika dari Gus Novianto Said Dahlan (Kali Tengah)
Belanda memiliki banyak cara untuk mengurangi perlawanan pribumi. Mulai dari bentrok fisik sebagaimana terekam dalam narasi sebelumnya seperti di bagian barat Gombong juga pertempuran di Kemit, juga melalui penjajahan mental. Yang pertama hari ini sudah 71 tahun lalu berakhir, namun model yang kedua ini hingga hari ini kita belum juga mampu keluar dari kungkungannya bahkan kita tidak menyadarinya. Banyak yang berujar seperti KH Nursodiq Abdurrahman, Ketua MUI Kabupaten Kebumen bahwa kolonialisme fisik memang terhenti sejak proklamasi, namun hingga hari ini pola fikir kita masih belum merdeka.!!
Baiklah. Begini kira-kira narasinya.
Satu-satunya elemen bangsa ini yang tidak pernah terjajah adalah pesantren. Bukan hanya tidak pernah terjajah, pesantren selalu saja menjadi kerikil tajam bagi Belanda untuk melancarkan segala kebijakan monopolinya. Sebagaimana kita tahu bersama bahwa penyebab terjadinya Java Orloog adalah rencana Belanda yang mau menggusur makam leluhur Pangeran Diponegoro di Magelang karena akan dibikin jalan oleh Belanda dari Jogja hingga Semarang selain pengkaplingan tanah oleh Belanda yang sangat menyengsarakan rakyat. Pangeran Diponegoro adalah santri Syekh Tabrazani seorang mursyid thoriqot syatthoriyah yang berguru kepada Kyai Nur Iman saudara kandung Sultan Hamengkubuono I. Selain kisah heroik kyai Siradj, di Parakan Temanggung ada kyai Subhi (lahir 1850) yang menjadi markas penyepuhan bambu runcing untuk menjadi senjata yang dahsyat yang mampu mengalahkan berondongan senjata api milik Belanda. Penulis pernah bertemu dengan salah satu pelaku sejarah yang menggotong seungguk bambu runcing itu dari Sumpiuh hingga ke Temanggung untuk di doakan oleh Kyai Subhi. Mbah Abu Sareat namanya yang tinggal di Rowokele. Resolusi jihad itu menjadi penegas yang sangat tegas nasionalisme anti kolonial kaum santri terhadap penjajahan.
Pesantren adalah lembaga pendidikan yang jauh lebih tua dibandingkan dangan sekolah. Pesantren di Nusantara pertama kali didirikan oleh Syekh Jamaluddin al-Husain al-Kabir yang lebih tenar dengan sebutan Syekh Jumadil Kubro. Dari sini kemudian sebagian besar walisongo juha ikut mendirikan pesantren. Pendidikan yang fokus pada kajian agama yang kemudian melahirkan sistem tulis pegon atau arab-melayu. Sistem pendidikan ini terus dianjutkan dan dikembangkan oleh para murid walisongo hingga hari ini. Dari sini saya ingin berkata bahwa, sebelum bangsa ini mengenal sistem huruf alphabet, kita sudah lebih dulu mengenal minimal tiga sistem huruf: honocoroko, arab/hijaiyyah dan pegon.
Di sinilah terlihat kelicikan Belanda. Untuk mengurangi perlawanan pribumi yang diinisiasi oleh santri, maka Belanda mulai berfikir dan membuat sekolahan. Sebagaimana dituturkan oleh Agus Sunyoto bahwa awal Belanda mengenalkan sekolah kepada bangsa ini adalah dengan iming-iming modernitas. Ada sistem bangku, seragam, ijazah dan orientasi kerja, siapa yanag mau sekolah maka gratis dan selulus dari sekolah maka dia akan dijadikan pegawai negeri sipil (ambtenaar).
Selain itu, untuk meredam bahkan menghilangkan perlawanan pribumi, cara yang ditempuh oleh Belanda adalah membikin pecinan. Gaya hidup atau karakter bawaan orang Cina yang materialistis pragmatis dimana asal untung maka diam sudah ditambah dengan kekuatan ekonomi maka sangt menguntungkan Belanda. Ini sama sekali bukan diskriminasi etnis, ini hanya berusaha membaca gejala sosial. Kita bisa membandingkan dengan daerah manapun. Ada semacam rumusan, dimana Belanda menguasai suatu wilayah, disitu ada pecinan. Dimana ada pecinan, disitu ada perjudian dan prostitusi. Kita lihat misalnya Glodok dan Sawah Besar Jakarta, Benteng Tangerang dan lain-lain dan yang paling nyata adalah Gombong sendiri.
Tentu sekali lagi saya sampaikan bahwa inilah kelicikan Belanda yang kalau tidak hati-hati membacanya, maka kita akan terjebak pada sikap diskriminatif terhadap etnis tertentu dan kita akan selalu gagal memahami apa yang sudah berhasil diperjuangkan oleh Gus Dur.
Satu lagi analisa bahwa salah satu cara Belanda menghilangkan perlawanan pribumi yang didominasi oleh kalangan pesantren, Belanda masuk pada sistem Islam itu sendiri. Bukankah sudah popular slogan strategi: "Ketika Engkau ingin merusak sistem, maka masuklah menjadi bagian dari sistem itu.!". Dan ini yang juga dilakukan oleh Belanda untuk menumpas perjuangan melawan kolonialisme baik model lama maupun model baru. Bagaimana caranya?
Memasukkan Muhammadiyah..
Hahahaha.... sabar. To be continued..

0 komentar:

Posting Komentar