Kota Asal Pengunjung

Website personal yang berhubungan dengan semangat hidup jiwa remaja, pentang menyerah,cinta tanah air,dan toleransi antar umat.

kota asal pengunjung

Entri Populer

Total Tayangan Halaman

Kota Asal Pengunjung

Kota Asal Pengunjung :

Jumat, 18 November 2016

Lanjutan coretan Susur NU Gombong (Kebumen Barat)

Menurut ngendika dari Gus Novianto Said Dahlan (Kali Tengah).
 Kebumen, berikut di dalamnya Gombong, adalah daerah yang berhasil di"babat-alas" oleh Syekh Syamsuddin al-Baqir al-Farsi (Syekh Subakir) dan dengan sangat brilian dilanjutkan secara massive islamisasi daerah ini oleh Sunan Kalijaga. Faktor penentu keberhasilan Sunan Kalijaga mengislamkan daerah ini karena sikapnya yang sangat terbuka dan toleran terhadap budaya yang dimiliki masyarakat ketika itu. Ada prinsip kaidah fiqh yang sangat kuat dipegang oleh Kanjeng Sunan, mulai dari:
~ الضرر يزال
"Sesuatu yang beresiko, dihindari"
~ اذا ضاق الامر اتسع و اذا ضاق اتسع
"Ketika suatu perkara menjadi sempit (sulit), maka boleh mencari kemudahan. Ketika perkara itu sangat leluasa, maka carilah kepastian."
~ درء المفاسد مقدم على جلب المصالح
"Mencegah bahaya didahulukan ketimbang mencari kebaikan."
Beberapa prinsip fiqh waqi'iyyah (realistis) ini sangat piawai diterapkan oleh Sunan Kalijaga sehingga terkesan sinkretis dalam ajarannya. Sunan Kalijaga menggunakan media wayang, seni ukir lukis, gamelan, seni suara suluk, baju taqwa, sekatenan, grebeg mulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk Dadi Raja adalah media dakwah yang digunakan Kanjeng Sunan untuk mengenalkan ajaran Islam. Sebagaimana dikatakan olah KH Afifudin Muhajir bahwa Kanjeng Sunan sangat toleran pada budaya lokal. Masyarakat akan menjauh jika budaya mereka diserang. Maka harus didekati secara bertahap, mengikuti sambil mempengaruhi. Jika Islam sudah diketahui, maka dengan sendirinya keyakinan yang tidak sesuai dengan Islam akan menyingkir dengan sendirinya. Ternyata jalan atau metode dakwah yang demikian terbukti ampuh untuk mengislamkan daerah ini. Satu hal yang membedakan Kanjeng Sunan dengan wali lainnya nir Sunan Kudus yang satu metode dengan Kanjeng Sunan Kalijaga.
Agus Sunyoto menyebutkan bahwa seringkali Kanjeng Sunan menampilkan pagelaran wayang kulit hingga pelosok Jawa Tengah bagian tengah dan selatan. Tidak pernah meminta upah atas pagelaran wayang kulit yang diselenggarakan, yang terpenting diizinkan untuk melakukan pagelaran wayang kulit itu. Dari sini kemudian, Kanjeng Sunan banyak mendapatkan murid dari berbagai penjuru Jawa Tengah terutama bagian tengah-selatan. Hampir seluruh ulama daerah ini berguru kepada Kanjeng Sunan di Demak. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro yang juga belajar mengaji ke Demak.
Sepengetahuan penulis, Tumenggung Suryanegara yang bermakam di dukuh Rolah desa Sidoharum, Sempor menurut beberapa kyai yang menjadi keturunannya juga belajar agama atau mengaji ke Demak. Tumenggung Suryanegara yang bernama Islam Abdurrouf ini kyai salah satu mursyid tarekat Syathoriyyah yang hidup sezaman dengan Pangeran Diponegoro dengan asumsi jumlah keturunan sampai ke enam untuk keturunannya yang hari ini sudah mempunyai cucu dan asumsi jarak usia ayah-anak sekira 20-25 tahun.
to be continued..

0 komentar:

Posting Komentar